Menapaki Sudut Pulau Bangka (part #1)

Friday, March 23, 2012 2 comments
Ada apa dengan peta Kepulauan Bangka??
Awal bulan Mei 2010 yang lalu..
Aku menginjakkan kaki di bandar udara Depati Amir, Pangkal Pinang, Bangka.
Di siang yang terik dan menyengat. Ini pengalaman pertamaku berlibur meninggalkan Yogyakarta dengan kendaraan terbang. Aku punya banyak saudara dari ayahku di Bangka. Liburan kali ini dihabiskan sembari menghadiri hajat nikahan kakak sepupuku yang tinggal di Sungailiat.

Pulau yang terletak di sebeleh timur Sumatera Selatan ini terkenal dengan hasil tambang Timah. Tiap jengkal tanahnya seakan memberi titik terang keberadaan kekayaan material Timah yang bernilai jual tinggi. "Kalau mau uang keruk saja tanah depan rumah", ini kenyataan, lho. Kepulauan Bangka yang beribukota provinsi di Pangkal Pinang ini terdiri dari 6 kabupaten dan sebuah ibu kota provinsi. 

Dari yang saya amati selama berada disana, ada hal-hal unik yang saya temui, diantaranya:
  • Lahan dan tanah masih sangat luas dan jarang dioptimalkan oleh penduduknya. Jadi, sewaktu berada di Pangkal Pinang, saya sempat berjalan-jalan di area sekitar rumah salah satu sanak keluarga. Tercengang melihat banyaknya lahan tak terurus yang hanya ditumbuhi semak belukar. Nah lo, mana ada yang seperti itu di Jawa. Menurut cerita, beberapa lahan disana dimanfaatkan untuk perkebunan lada dan kelapa sawit. Dua komoditi yang sangat menjanjikan, bukan? Entah karena penduduknya yang sedikit atau mereka kurang suka berkebun atau bercocok tanam, tapi sungguh lahan-lahan yang potensial itu hanya dipenuhi semak belukar dan pada akhirnya berubah menjadi hutan.
  • Etnis Tionghoa yang cukup dominan. Cukup banyak dijumpai para Chinese di Bangka-Belitung. Rupanya keberadaan mereka yang sudah dari lampaui ini disebabkan dari sebuah perjalanan para Chinese dijaman duluuu kala menuju Jawa Timur, namun karena terkena badai, kapalpun terdampar di Belutung. Kemudian disusul dengan rombongan pekerja tambang dari Cina yang memang sengaja datang untuk mengeruk Timah. Pada akhirnya hubungan penduduk lokal dengan mereka terjalin baik hingga saat ini.
  • Rumah-rumah Walet di tengah kota. Jika diamati, di sepanjang kota di Pangkal Pinang, etnis tionghoa berjaya dengan usaha dagangnya. Mereka memiliki toko dan yang unik,,, disetiap atap tokonya terbangun gedung yang entah bertingkat berapa. Sayangnya bangunan bertembok semen dengan banyak jendela itu bukan tempat tinggal pemilik toko, tapi itu adalah bangunan yang sengaja dibuat untuk mengundang datangnya burung Walet. Tau sendiri kan sarang walet dari air liurnya punya nilai jual yang tinggi. Terkesima...
  • Becak Motor. Hmm rupanya salah satu kendaraan umum yang berjaya di sana ialah becak motor. Memang bukan hal yang aneh, tapi yang lucu adalah disana kita tidak akan menjumpai becak yang dikayuh dengan sepeda. Semua becak akan bergandengan dengan motor untuk menjalankannya. 
becak motor khas Bangka
  • Gaya bahasa. Hihihi... selalu tersipu setiap ingat ini. Bahasa daerah mereka sangat menarik. Terutama dari segi kecepatan atau tempo bicara, sangat cepatttt... aku yang orang Jogja ini tergopoh-gopoh mengikuti pembicaraan mereka.
Kesan yang terbawa, masyarakat disana cukup ramah, hawanya cukup panas, bagi penggemar seafood pulau ini wajib dikunjungi, dan wisata pantainya... alamakkk.. cantik nian... (akan kuceritakan di part #2 nanti..)
Karena aku punya banyak sanak saudara di sana, aku merasa Bangka selalu meninggalkan kerinduan dan  tekad untuk kembali lagi kesana suatu saat nanti..  InsayAllah.. ^^

.

Nogosari : Kudapan Asli Jawa yang Ngangeni

Wednesday, March 21, 2012 5 comments
Pagi-pagi enaknya sarapan. Buka tudung saji, mata bergerilya mengamati satu persatu makanan yang tersaji. Eh,, ada makanan berbungkus daun pisang berbentuk segitiga. Klepon?? Bukan, lah, klepon kan ijo bunder-bunder kecil berbalut parutan kelapa. Lemet?? Hmm,, masih bukan. Lemet memang dibungkus daun pisang tapi bentuknya tabung seperti lemper. Lemper?? Nah lo, ya jelas bukan, kan baru saja disebutkan. Ohh, bakwan?? Haduh, bakwan gak pakai bungkus daun pisang! (ini pilihan tebakannya sangat membuat esmosi, ya.. boleh lempar sendal atau apapun kalau anda tersulut.. hehe). 

Yap, benar sekali Nogosari (siapa nih yang berhasil jawab? mungkin yang tadi sudah ngelempar sendal, hehe). 

Kalau melakukan pencarian nama makanan asli jawa ini di Prof. Google, beliau tidak akan terima. Pasti kita diminta mengganti kata Nogosari dengan Nagasari. Tapi lidah jawa saya tidak suka menyebutnya dengan lafal "a", lebih enak "o", yo tho? Usut punya usut, pengguna nama makanan Nogosari atau Nagasari tidak hanya di satu wilayah. nogosari atau nagasari ternyata jenisnya banyak. Kalau yang pagi ini tersaji di meja makan jenis nogosari jowo tulen. Jenis yang lain adalah nagasari khas Bandung.

-nogosari pisang khas jowo-

Nogosari ini dibeli di Pasar Jati, Mlati. hanya 500 meter dari rumahku. Dari jaman aku kecil sampai sekarang ibu penjualnya setia menjual makanan tradisional yang mengenyangkan ini. Selain nogosari, ada juga lemet, semar mendem, wajik, jadah dan peyek (makanan jadul banget, ya. kalau kata temenku sih ini makanan Budhe-budhe. karena penggemarnya di rumah adalah bapakku, berarti jadi makanan Pakde-pakde, ya..hehe). Meskipun panganan yang satu ini cukup jadul, tapi nogosari di Pasar Jati rasanya cukup ngangeni, lho. Teksturnya lembut dan dijual dalam kondisi masih hangat (nyam nyam nyam,, sambil ngunyah nogosari. jangan tanya habis berapa, ya.. ).

Aku pribadi belum pernah mencoba membuat kudapan ini. Kudapan tradisional ini ternyata tidak terlalu sulit untuk dibuat, lho. Untuk yang jauh dari pasar tradisional atau sulit mendapatkan kudapan yang satu ini, bisa mencobanya sendiri dirumah untuk mengobati kangen.

Bahan yang perlu disiapkan; 
1) 200g tepung beras, 2) santan 800ml (3/4 kelapa), 3) dua helai daun pandan, 4) gula pasir 100g atau sesuai selera & sedikit garam, 5) pisang jenisnya sesuai selera saja, 6) daun pisang kalau tidak ada bisa diganti dengan plastik saja (tapi nanti judulnya jadi nagasari, bukan nogosari, hehe), 7) list musik favorit jangan lupaa..

Cara membuatnya;
  •  Pasang mp3 dengan list musik yang kamu suka.. biar masak-masaknya lebih enjoy... ^^
  • Tuang sedikit demi sedikit tepung beras dengan 500 ml santan sambil aduk dari bagian tengah secara searah sampai tidak ada butiran-butiran. Sisihkan lebih dulu.
  • Didihkan sisa santan, daun pandan, gula pasir, dan garam sambil aduk rata hingga gula larut. Kecilkan api. 
  • Masukkan larutan tepung beras sedikit demi sedikit sambil aduk hingga rata. Masak hingga adonan kental dan licin. Angkat.
  • Taruh 1 sdm adonan di setiap lembar daun pisang. jika tidak ada, bisa diganti dengan plastik agar seperti hongkwe Taruh sepotong pisang  di tengahnya. 
  • Bungkus, lipat kedua ujung daun ke arah belakang.
  • Kukus dalam dandang panas selama 20 menit hingga matang. 
Tidak terlalu sulit, bukan?? Hmm kapan-kapan aku juga akan mencoba membuatnya.
Mari kita populerkan kembali kudapan tradisional  kita yang beragam.. ^^

Refreshing dengan Bunga "Anonim" bersama Sahabat

Tuesday, March 20, 2012 8 comments
Minggu pagi yang cerah.. aku dan sahabatku, nama disamarkan menjadi Eyo mencoba mencari peruntungan di pasar tiban Sunday Morning alias SunMor sepanjang jalan kampus UGM. Termos nasi yang kami isi penuh dengan cup-cup puding cokelat dan nampan plastik berisi roti bakar yang juga rasa cokelat siap beredar. Dengan semangat membara kami "mengasongkan" dagangan kami (mengasongkan?? bener gak ya kata-katanya...ckck). Belum berapa lama beredar dan menyerukan jenis dagangan dengan suara yang keras tapi pelan (lhoh,, gimana sih?? baca:  dengan suara yang ragu-ragu setengah PD), kami lupa dengan fokus utama. Apa yang terjadi?? Kami asik mengamati dagangan yang dijual sepanjang jalan SunMor. Wuidih.. isinya malah cuma mupeng. Celengan lucu-lucu, cemilan jamur, tahu sumedang, tahu petis, nyam-nyam, hmm masih ada juga tas-tas lucu, sendal-sepatu murmer, jilbab, dannnn banyak lagi. apa mau dikata, biasanya kami berdua ini pengunjung di SunMor dan kali ini kami harus telan ludah dan fokus pada apa yang kami jual. (nyesek tapi tetep maksa senyum nawarin dagangan).

Udah-udah jangan tanya atau pengen tau dagangan kita laku berapa. Stop, stop, kita alih pembicaraan saja, ya (hihihihiiii, jadi malu). Tapi yang terpenting kami bisa mengambil hikmah dari langkah awal pencapaian ini. Tidak peduli berapa hasilnya. Hmm sebenernya si peduli, tapi tiba-tiba Om Mario Super Teguh merasuki kami berdua dan membisikkan; "Hmm … seandainya kita lebih sering membayangkan hasil baik dari upaya kita, daripada menggelisahkan kemungkinan buruk, mungkin akan lebih banyak orang yang kita termui, dan lebih banyak pekerjaan yang kita coba. Tuhan tidak merencanakan kita gagal", oke.. pelajaran hari ini menjadi peristiwa yang besar dan menbangun pola pikir kami jadi lebih baik, amin (hayo,, pada penasaran, ya apa yang terjadi dengan dagangan kami?? hehehe, rahasiaaa... hehe).

Badan sudah berlumur keringat, cacing-cacing di perut ketuk-ketuk pintu sambil ngomel-ngomel, akhirnya kami memutuskan istirahat sejenak di taman utara Gedung Pusat UGM. Tidak terlalu ramai, dan tenang. Sambil menikmati puding dan roti tawar dagangan (lhoh, kok dimankan sendiri?? hehehe ya namanya juga usaha,, usaha menenangkan cacing-cacing diperut) kami sibuk mengamati tingkah laku kegiatan orang-orang disekitar sambil mengomentarinya (wah, parah.. tidak patut ditiru, hehe). 

-ada yang bersepeda, duduk-duduk dibawah kanopi, bahkan ada yang sedang sesi pemotretan, hehe-

-saling asik bercengkrama dengan keluarga-

Ditengah asik mengobrol tapi pikiran sedang jauh menembus asa (baca : mbatin usaha dagang hari ini), pandanganku mampir ke sudut utara gedung. Hutan UGM itu masih sama seperti dulu. Terakhir aku duduk-duduk dan menikmati hawa Gedung Pusat seperti ini kalau tidak salah saat aku duduk di bangku SMP. Sudah lama sekali berlalu, tapi ingatan itu muncul sangat jelas di benakku. Aku, adik, ibu dan ayah bersepeda dari rumah dan piknik di Gedung Pusat. Menikmati udara yang sejuk, mengamati orang bersepeda, bermain skateboard, sepatu roda, dan arena tamia, sudah lamaaa sekali (jadi rindu masa-masa itu). Kalau ibu masih ada, mungkin kegiatan itu bisa dilakukan kembali. Aku ingat sekali cerita-cerita ibu, dulu ibuku saat mengandungku selalu mengajak ayah jalan-jalan di lingkungan UGM dengan harapan kelak anaknya bisa kuliah di UGM. Cita dan harapan itu telah terwujud, namun ibu justru tidak sempat merasakannya (wah, mulai ngelantur ini lamunanku, mari kita kembali ke Gedung Pusat).

Lamunan buyar saat melihat pohon bunga di batas pagar hutan UGM yang daun dan bunganya rimbun menjulur ke area taman. Tanaman itu masih ada, dan masih sama. Tanaman yang aku dan Eyo tidak tau namanya. Tanaman yang kami anggap bunganya tidak cantik dan justru menyerupai daun hanya saja berwarna pink dan putih, tumbuh rimbun dan "ngrembuyung". Mau lihat seperti apa tanamanya? Ini dia... jreng jreng..


-Adakah yang tau tanaman berbungan daun ini apa namanya??-

Wah,, daripada duduk berdiam diri dan melamun saja, MarKiFot.. alias mari kita foto-foto!! Dengan kamera hp seadanya, jadilah dua orang yang semula engggan tersenyum ini memanfaatkan tanaman berbunga daun yang baru saja dicelanya habis-habisan sebagai background berfoto ria. Tak apalah kali ini menjadi edisi narsisme.
jpret jpret,, crik crik...
kiri dikit,, geser geser
kanan, kanan, maju maju, stop..
mundur dikit...
yak sip..  jprettt (ini tukang foto apa tukang parkir, ya??)

-nampang duluuu,, posee-

-aku dan sahabatku, Eyo-


-pohon ini bagus juga kalau di foto ^^-

Ternyata benar, dont judge the book from this cover, nyatanya setelah puas mengumpat pohon berbunga daun yang anonim ini, kami malah asik berpose dan berfoto ria dibawahnya. Kalau diamat-amati, bunga ini ternyata indah juga (sambil minta maaf ke bunga anonim itu karena sudah mencela..)

Kalau bisa dibilang, ajang-foto-foto dan narsism ini sedikit membuang kepenatan dan merefresh diri dan pikiran, lho. Menjadi pilihan yang simple dan mudah. Bagi kalian yang berdomisili Yogyakarta dan sedang bingung untuk menghabiskan weekend dimana, datang saja ke taman utara Gedung Pusat UGM. Banyak hal yang bisa dilakukan disana, seperti; olahraga, foto-foto, sekedar mengobrol, baca buku, bermain bersama hewan kesayangan (rencana selanjutnya adalah membawa Flepper-kelinci Eyo bermain di rerumputan yang ada di sana), gathering bersama teman atau komunitas, wah masih banyak lagi yang bisa dilakukan di sana. Yang terpenting, tetap jaga kebersihan, ya Kawan.. Selamat bersenang-senang.

pesan sponsor: 
BUANGLAH SAMPAH PADA TEMPATNYA
JAGALAH KEBERSIHAN, KAWAN.. ^^
salam unyu-unyu..

Panen Alpukat Bersama Teman Baru (a.k.a Juragan Kelinci)

6 comments
minggu siang itu, mendung mulai meggelanyuti langit sleman..
saya bersiap melajukan motor kesayangan ke arah timur kota jogja, daerah Kalasan,  sambil senyum-senyum sendiri membayangkan kebun alpukat. siang ini memang rencananya saya akan ikut panen alpukat bersama seorang teman baru. terdengar agak "ndeso", tapi sebelumnya saya memang belum pernah panen langsung buah favorit saya yang satu ini. melihat bentuk pohonnya tentunya sudah pernah beberapa kali di daerah Kaliurang. terbayang pohonnya tidak terlalu tinggi dengan ukuran batang yang ramping dan buah yang menggantung dengan ukuran sedang.

tarara rara.. ternyata yang saya bayangkan jauh berneda dengan yang pernah saya lihat di Kaliurang. pohon alpukat yang siap panen dihadapan saya ini tinggi besar dan sangat lebat buahnya. mantabb... pemiliknya bernama Mas Hadi. menurut cerita yang saya dengar, (menguping pembicaraan Mas Hadi dengan teman saya si Juragan Kelinci, hehe) pohon alpukat yang sudah tinggi menjulang dan dipenuhi buah ini ditanam Mas Hadi dan kakaknya saat mereka masih kecil. pertama kalinya pohon berbuah setelah tujuh tahun ditanam. wahhh lama sekali, ya.. pohon alpukat ini bisa diibaratkan seperti saksi bisu bagi tiap memori yang tergores di keluarga mas Hadi.
-pohon buah alpukat jenis mentega-

mata saya masih enggan berkedip melihat betapa rimbun buahnya. tapi, karena pohonnya cukup tinggi, jadilah "si genter" yang beraksi. Mas Juragan Kelinci yang sudah mahir memanen buah alpukat mulai memicingkan mata untuk mencari target operasi dengan bantuan sebilah pisau yang diikatkan diujung bambu panjang. jret jret dbug dbug, jret dbug.. satu persatu buah yang bernama latin Persea americana mill atau Persea gratissima gaerth jatuh (btw, sesuai, ya nama ilmiahnya dengan alpukat-alpukat yang saya panen ini,, gratis.. hehehe). tugas saya hanya memunguti alpukat yang sudah berhasil jatuh dengan mata berbinar-binar membayangkan rasanya saat matang nanti, hehe.

buah alpukat ini memang dipanen dalam kondisi masih mentah, asalakan sudah cukup tua. oleh karenanya usahakan daging buahnya tetap utuh saat dipanen agar dapat matang nantinya. untuk mebuatnya matang cukup disimpan dalam kondisi tertutup rapat atau disimpan di dalam beras, maka dalam waktu kurang lebih sebulan, ups maksud saya seminggu, buahnya akan matang dengan sempurna. tanaman alpukat itu sendiri sebenarnya berasal dari Amerika tengah dan sekitar tahun 1930-an Indonesia sengaja memasukkan varietas-varietas unggul darri Amerika Tengah dan Amerika Serikat dengan tujuan perbaikan gizi bagi masyarakat.
nih lihat hasil panen kami..
-hasil panen buah alpukat yang masih mentah-

mendung semakin tebal, angin yang sepoi-sepoi bertiup makin kencang, panen alpukat hari itu bersama Mas Juragan Kelinci dan Mas Hadi sangat menyenagkan. terimakasih Mas Juragan Kelinci dan Mas Hadi, alpukatnya enak sekali.. ^^

nah sekarang saya akan berbagi manfaat buah alpukat khususnya bagi kaum Venus

oh iya,, tanaman alpukat ini ternyata punya banyak manfaat lho.. tidak cuma daging buahnya yang bermanfaat, daunnya pun memiliki manfaat untuk pengobatan tradisional batu ginjal dan rematik. bahkan serbuk bijinya sedang diteliti khasiatnya dalam hal menurunkan kadar glukosa darah. Alpukat banyak mengandung vitamin A, C dan E, zat besi, potassium, niasin, asam pantotenik serta protein yang tidak terdapat dalam buah yang lainnya. oleh karena itulah daging buahnya sering dimanfaatkan untuk kosmetik dan dipercaya dapat merawat kelembutan kulit. 

untuk kaum wanita..  memanfaatkan alpukat untuk merawat kulit wajah secara alami bisa dilakukan dengan cara yang mudah, lho.. salah satunya dengan membuat masker sendiri di rumah.. masker merupakan salah satu cara merawat kulit wajah yang cukup praktis. perawatan wajah tidak harus malah dan menghabiskan waktu ke salon kecantikan atau spa. perawatan dan spa tradisional bisa dilakukan dirumah. silakan disimak langkah-langkah berikut ini ^^ :
 
bahan: daging buah alpukat, madu, plain yoghurt, ketimun, aroma terapi/ lilin aroma
cara membuatnya mudah; 1) tumbuk daging buah alpukat di dalam mangkuk 2) tambahkan madu secukupnya; madu berfungsi sebagai pembunuh bakteri, membuat wajah tampak lebih muda dan megurangi inflamasi aduk rata 3) tambahkan plain yoghurt yang berfungsi mengencangkan dan melembabkan kulit serta membersihkan pori-pori 4) cuci wajah dengan air hangat 5) oleskan campuran masker tersebut ke seluruh wajah dan leher sampai merata 6) irsan mentimun yang membulat diletakkan di kedua kelopak mata untuk memberi relaksasi dan berfungsi mengurangi lingkaran hitam di sekitar mata 7) relaksasikan pikiran dan tubuh dengan wewangian seperti aroma terapi dan musik-musik beralunan slow  8) tunggu sekitar 15-20 menit  9) setelah itu, basuh wajah dan leher dengan air hangat. 
selamat mencoba.. 

my favorite song