Mendengarkan Tausiyah Ust. Yusuf Mansyur, Live

Saturday, December 8, 2012 2 comments
Dua minggu yang lalu, makelar segala jenis barang (teman di blog tetangga.. ^^) mengirimkan sms yang sangat membahagiakan. Acara Spiritual Gathering, Business? It's Easy bersama Ustad Yusuf Mansyur, dilaksanakan tanggal 3 Desember 2012 di Gedung Serbaguna UIN. Mata berbinar, muka merah jambu tersipu-sipu dan hati dag dig dug. Wah.. aku ngefans berat sama ustad yang satu ini. Selama ini udah menanti-nanti kesempatan bisa langsung bertemu dan mendengarkan tausiyahnya. Langsung cepat-cepat daftar dan harap-harap cemas menunggu jawaban dari panitianya. Zingggg... 



Sehari berlalu tanpa kabar. Sudah gak deg-degan lagi dan cenderung pasrah. Mungkin kuotanya sudah penuh. Nanti langsung ke TKP saja bawa tiker atau daun pisang buat duduk ndeprok, slonjoran, pikirku. Tarara, ada sms balasan "sudah terdaftar", uhuii, bahagia berbinar-binar lagi muka ini. Gak sabar menunggu tanggal 3 (udah kayak mau nonton konsernya SRK aja).

Hari H datang juga. Wah bingung mau pakai baju apa. Acaranya formal atau santai, ya? Pakai kaos aja nanti  ternyata yang lain pada pakai baju rapi-rapi. Duh, akhirnya pakai baju muslim yang lumayan deh biar gak saltum (rempong banget, ya..). Sampai di TKP 30 menit sebelum acara mulai, pukul 18.30. Sudah dapat deretan duduk tengah-tengah, tinggal duduk manis meananti YM masuk. Teng teng teng teng.. udah masuk jadwal acara dimulai, tapi acara belum mulai-mulai juga. Di depan panggung yang ada cuma mas-mas lagi nyetem gitar, jrang-jreng jrang-jreng gak jelas, huft. 

Berselang 30 menit dari waktu acara seharusnya mulai, MC mulai masuk dan memimpin acara, wah udah mulai seneng dan semangat, nih. Ternyata YM gak langsung masuk. Dibuka sama beberapa lagu dari nasyid dan penyanyi tamu. Udam mulai terbawa suasana dan senyum-senyum sendiri. Akhirnya setelah menanti sekian lamaaa.. YM muncul mengenakan baju batik sambil tersenyum. Wah, langsung meleleh. Beliau tidak ada bedanya sama sekali saat dilihat di televisai dengan saat liat langsung. Sama persis. 

Tau gak sih?? Dari awal tausiyah sampai akhir gak berhenti ketawa terbahak-bahak, walaupun ada terharunya juga sih saat beberapa kaum pria ditawarkan untuk bersedekah motor, dan Subhanallah, gak sedikit yang dengan mantap maju dan menyedekahkan motornya, ampe merinding rasanya. Beliau menyampaikan tausiyahnya dengan sangat khas. Logat betawi-arabnya kental membuat kami para penonton ketawa. Apalagi saat beliau menceritakan kisah nyata Syafii dan istrinya yang bangkit dari keterpurukan ekonomi dan menjadi milyader dengan jalan sedekah. Cuma dibuat melongo dan tepuk tangan berkali-kali saat serius mendengarkan tausiyahnya.

Bagi beberapa orang prinsip sedekah yang disampaikan YM dalam tiap tausiyahnya memang agak "mustahal bin mustahil, alias aneh", padahal semua itu kalau dipikir-pikir memang benar dan sudah menjadi janji Allah SWT, barang siapa bersedekah maka Allah akan melipat gandakan apa yang telah di sedekahkannya. Asal kita tidak berhenti dan terus "tembak sasaran", hehe. Bukti nyatanya juga sudah seabrek Meskipun aku sendiri belum bisa mempraktekkan seperti teman-teman yang dengan segenap hati rela mensedekahkan harta paling berharganya, tapi aku setuju kok dengan apa yang disampaikan YM. 

Yang jelas, pengalaman malam itu benar-benar pengalaman yang indah dan memberi banyak ilmu dan manfaat buatku. InsyaAllah ilmu yang disampaikan oleh Ustad Yusuf Mansyur bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Good Luck ^^ 

Gak Ngaruh Sama "Bad Mood"

Wednesday, December 5, 2012 4 comments
Refleksi Akhir Tahun
Bagaimana mood kalian hari ini? Hmm tiba-tiba pengen curcol ni soal mood. Beberapa hari ini aku merasa sangat bersyukur ada di titik pencapaian saat ini. Beberapa tahun yang lalu aku adalah orang yang sangat dikendalikan mood alias moody abis. Ada kejadian gak enak dikit langsung deh seharian bakalan gak seneng, gak happy. Jadi males ngapa-ngapain, jadi males beraktivitas dan bawaannya marah-marah aja. Lucunya, ada efek jealous yang gak jelas kalau mood sedang buruk. Misalnya tiba-tiba ngerasa jealous sama temen satu "gank" cuma gara-gara gak diajak jalan atau gak diajak ngomong. Padahal itu cuma perasaan diri sendiri aja yang merasa jadi 'orang paling teraniaya di dunia'.


Semua serba dimasukkan ke hati. Bisa dibilang hidupku 90% pakai hati dan logika cuma jalan 10%. Hasilnya aku menjadi pribadi yang sangat kaku dan tidak pandai bergaul. Dulu aku gak kebayang harus berubah untuk bisa menjalani hidup yang lebih baik, menjalani hari-hari yang lebih menyenangkan dan gak dikuasai oleh si bad mood. Sampai akhirnya salah satu sahabatku menyinggung soal kedewasaan. Intinya dia mengeluh pada dirinya sendiri yang makin tambah umur aja, makin banyak yang berubah aja dalam hidupnya. Saat itu aku langsung teringat dengan karakternya 3-4 tahun yang lalu saat aku baru mulai dekat dengan dia. Ni ceritanya aku lagi flashback saat awal kita kenalan dan jadi dekat satu sama lain, ketemu dengan beberapa teman lain yang juga merasa cocok berteman dan akhirnya kami bersahabat (kami ber-6). Kalau diingat-ingat sahabatku ini, sebut saja namanya Maruko, dia berubah 180 derajat jauuhh lebih baik. Ya walaupun no body perfect, termasuk diri saya sendiri, tapi jujur aja aku salut banget deh dengan perubahan sikapnya. Dia bener-bener jadi lebih dewasa dan gak labil kayak aku ini. Dari situ aku mulai belajar menata hati dan pikiran (lhoh..). 
Perlahan-lahan aku mulai membiasakan diri untuk bisa menguasai diri. Mulai mengontrol diri dalam suasana apapun, dalam kondisi apapun. Sudah bukan saatnya merengek atau merasa menjadi manusia paling teraniaya. Sudah saatnya menjadi pribadi yang bisa tetap tenang menghadapi apapun meskipun hal terberat sekalipun. Seingatku, kondisi ini kubangun semenjak aku harus berjuang dengan skripsiku. Harus jungkir balik dengan sahabatku Maruko memperjuangkan skripsi. Walaupun mungkin orang lain tidak merasakan perubahan besar dalam diriku, tapi aku sendiri merasa bersyukur perlahan-lahan bisa berdamai dengan mood, berdamai dengan suasana hati apapun. Apalagi setelah masuk dunia perkoasan yang super berat (periode kepaniteraan di FKG), gak ada celah untuk terbawa bad mood.

Sekali lagi, meskipun efeknya (usahaku untuk berubah lebih baik) mungkin gak dirasakan oleh orang-orang disekitarku, tapi aku bertekad untuk terus belajar lebih dewasa, lebih bisa mneguasai diri dan gak akan terpengaruh oleh suasana hati yang buruk sekalipun, dalam kondisi apapun. Galau sih masih terus dialami, tapi bagaiman aku bisa mengelola kegalauan itu agar gak merembet dan gak perlu menjadikan orang lain "tumbal" dari kegalauanku itu. Good Luck, Yena.. ^^, makasih untuk sahabatku Maruko yang sudah menginspirasi..

Apapun suasana hatimu hari ini,, Good Luck, Bro, Sist, Cin.. ^^

Yena = Ilmu Pengetahuan (Versi Ibuku)

Sunday, December 2, 2012 5 comments
Ada yang gak tau dengan arti namanya sendiri? Sebenarnya aku tahu dengan lengkap arti namaku. Dulu waktu SMP pernah ada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang iseng memberi tugas pada muridnya untuk menuliskan arti nama di buku tulis pelajaran Bahasa Indonesia. Bahkan teman sekelasku ada yang sampai disuruh keluar dan menelepon ortunya lewat telepon koin untuk menanyakan arti nama panjangnya, geli kalau ingat kejadian itu.


Nama adalah doa yang dipanjatkan orang tua untuk sang anak di masa depannya nanti, begitu yang aku tangkap. Jadi, pasti orang tua akan memberikan kata-kata yang baik dan penuh makna di setiap penggalan nama kita. Orang tuaku memberiku nama Yena Ruktianawati Nuswantari. Kata beberapa orang, nama Yena tidaklah terlalu populer dan masih jarang digunakan. Saat itu almarhum ibu menjelaskan dengan detail arti namaku, begini kira-kira:
                    Yena                                  = ilmu pengetahuan
                    Rukti                                  = tempat dimana aku dilahirkan yaitu Wisma Rukti
                    anawati                              = menggambarkan anak perempuan
                    Nuswantari                        = nusantara 
Harapan orang tuaku adalah, aku anak perempuan yang dilahirkan di Wisma Rukti kelak memiliki ilmu pengetahuan yang berguna bagi bangsa dan negaranya. Prok-prok-prok... amin. Beberapa hari ini aku kepikiran soal arti nama itu. Sekarang kan jamannya mbah google, apa-apa ada di mbah google, jadi iseng-iseng aku cari arti kata Yena, dan hasilnya nihil. Yana, Yona, Yeni, Yani, Yuni, ada semua tapi Yena gak ada. 

Seingatku, almh ibu bilang nama Yena itu diperoleh dari bahasa sansekerta, tapi di cari-cari juga tetep gak ketemu, kyaaa.  Beberapa kali searching nemuin kata Yena dalam artikel dan buku yang berbau ajaran Hindu, yena = yadnya = dengan demikian. Nah loo... gak penting lagi, apa arti yang sebenarnya, mencari kesana kemari sampai ketemu hanya mengobati rasa penasaran saja, yang terpenting doa dan harapan yang dipanjatkan dalam namaku adalah sebuah harapan yang mulia yang patut diperjuangkan. Bagaimana dengan arti namamu??
Good Luck ^^

Bikin Taman tak Perlu Banyak Lahan

Saturday, December 1, 2012 4 comments
Tinggal di perumahan membuat kegiatan berkebun sedikit terganggu. Maklum, tidak ada lagi sisa lahan yang bisa digunakan untuk berkebun. Padahal ayahku sangat suka berkebun. Beliau punya banyak koleksi bunga kamboja jepang dan beberapa bunga anggrek. Kalau kata orang dulu, tangan ayahku "dingin", jadi nanem apa aja bisa tumbuh subur. 

Sebenarnya aku sendiri sangat suka dengan tanaman tapi beda sekali denganku, nanem apaan juga musti gagal dulu. Pernah seorang teman yang suka dan hobi berkebun memberiku tanaman hias, kalau tidak salah namanya sikas. Dia membeli dua bonggol yang masih kecil dan memberikannya satu untukku, "Nih, dirawat, ya.. Nanti beberapa bulan lagi kita lihat sikas siapa yang paling bagus," waduh, gaswatt.. aku tidak tau pula cara menanam dan merawatnya. Sebagai pengakuan dosa, aku membuangnya begitu saja dan akan mengaku kalah karena tidak bisa merawat tanaman sikas. Apes banget saat beberapa bulan kemudian kami berencana bertemu, dia sms dan pesan agar aku memfoto tanaman sikas pemberiannya untuk dibandingkan dengannya. Ohmaigot, sikas siapa pula yang akan difoto? Sikas pemberiannya bukan hanya tidak tumbuh subur, bahkan belum sempat tumbuh dan sudah kubuang, aw aw aw aw panic attack, Bro. Saking gak pengen mengecewakan temanku itu, aku akhirnya melakukan tindakan konyol (mungkin ini penyebab orang bertanya; berbohong demi kebaikan boleh gak?? hmm) dengan mencari foto sikas di internet dan dengan segala cara agar tak mencurigakan kubuat foto itu seakan-akan sikas pemberiannya (ya ampun, penjahat sekali ya.. hehe). Kejadian itu berakhir dengan ending yang datar. Temanku cuma berkomentar "Punyamu gak sebagus punyaku, daunnya kok tumbuhnya aneh, ya," huft aku lega.  

Kembali lagi soal perumahan. Hobi berkebun ayahku akhirnya tersalurkan dengan sedikit area sisa si depan rumah, di samping rumah, di seberang rumah, hmm, di balai seberang jalan dekat rumah, dan yang paling gokil di tanah kosong dekat masjid 100 meter di depan rumah. Apa yang ditanam? Hoo macam-macam, mulai dari tanaman hias yang memang lazim ada di depan rumah, tanaman cincau, sawo yang sudah di bonsai, ketela rambat, sampai pepaya.

Kegemaran ayahku itu sebenarnya berdampak positif lho, Mas Bro dan Mbak Bro. Rumah yang minimalis sekali ini jadi sedikit "adem" dengan hijau-hijauan di sekitarnya. Tidak terasa panas dan kering kerontang. Jadi ada yang bisa "di sawang" kalau lagi gundah gulana di rumah. Saat aku amat-amati, perumahan yang terletak di belakang kantor BKN ini, dihuni sekitar 58 kepala keluarga, sudah berdiri lebih dari 30 tahun dan dengan keterbatasan lahan beberapa orang diperumahan juga melakukan hal yang sama dengan ayahku, memaksimalkan area kecil di depan dan samping rumah untuk menanam tanaman hias, untuk penghijauan. Rasanya memang jadi lebih adem dibandingkan perumahan-perumahan mewah yang baru dibangun di sekitar rumah. 

beberapa tanaman hias di depan rumah
beberapa pot di teras rumah
masih tanaman di depan dan teras rumah
yang ini koleksi tanaman di samping rumah
ayah membuat rak tamannya sendiri, lho.. ^^
Masih di samping rumah
Pohon pepaya dan kolam ikan dalam bejana tanah liat di seberang rumah
nah ini dia, siempunya tanaman hias sedang panen daun cincau di seberang rumah.
My Father ^^
Semua yang nanem ayahku sendiri, tugasku menyiram dan menikmati pemandangan hijaunya saja, hehe.  Jadi sebenarnya gak perlu lahan yang luas untuk punya tanaman hias. Bahkan tanaman hias juga ada yang bisa diletakkan di dalam rumah, kan. Yuk mari menghijaukan rumah ^^. Meskipun tidak punya lahan yang luas, tapi aku senang disekitar rumahku tetap hijau dan segar. Thanks to my father... ^^


Foto diambil dengan kamera Kodak Pro-DSLR Z981

Yuk, Sejenak Merenung untuk Indonesia-Malaysia..

2 comments
Kemarin sempat lihat tayangan bagaimana suporter bola Malaysia berkoar-koar lagu dengan kalimat cacian yang sangat tidak pantas ke bangsa Indonesia. Berebara hari lalu sempat lihat film yang diputar di SCTV berjudul "Tanah Surga... Katanya", yang menceritakan betapa terlantarnya warga Indonesia di perbatasan Malaysia. Beberapa minggu lalu, sempat lihat acara di Trans 7, Indonesiaku (ini acara recommended banget deh, bagus, tayangnya setiap hari Senin-Jumat pukul 17.00) yang membahas nasib warga di perbatasan Indonesia-Malaysia. Semua yang kutonton itu hanya mengiris-iris hati. Saling jajah menurutku. Malaysia yang  lebih melesat "katanya", sering menginjak-injak kaum kita yang suka mendapat peran "yang teraniaya" rupanya. Lihat peta Indonesia, bahkan mereka itu menempel di Kepulauan Kalimantan, Indonesia tapi mengapa tidak ada perdamaian? Mengapa hanya ada saling benci, maki, caci, dan yang buruk-buruk lainnya??  Huft.. Mungkin ini jawabannya...


KITA harus membuka mata bahwa konflik antara Malaysia dan Indonesia ini tidak terjadi dengan sendirinya. Ada unsur-unsur pemicu layaknya api yang menimbulkan asap besar. Pertanyaannya siapakah pemantik api itu? Umat Muslim? Bukan, karena kita hanya korban.


Pakar Melayu Prof. Dr. Dato’ Nik Anuar Nik Mahmud dari Institut Alam dan Tamadun Melayu, Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) mengamini bahwa ada intervensi pihak luar di balik perseteruan kedua Negara serumpun muslim ini

Dalam memoar buku Thomas Raffles disebutkan, Barat harus memastikan bahwa alam Melayu ini lemah. Untuk melemahkan, Raffles mengusulkan dua buah strategi.

Pertama, imigran-imigran asing masuk ke Melayu supaya kawasan ini tidak menjadi kawasan Melayu, melainkan majemuk (dibawa orang-orang China dan India).
Kedua, pastikan bahwa raja-raja Melayu yakni Semenanjung, Sumatera, Jawa dan sebagainya, tidak mengambil para ulama Arab menjadi penasehat mereka. Jadi, tujuan mereka memang untuk memisahkan Arab dengan Melayu.
Bersatunya antara Malaysia dan Indonesia membentuk Imperium Islam Melayu inilah yang sangat ditakuti oleh Zionisme.

Mereka sadar Melayu adalah potensi kuat dalam membangkitkan Islam dari tenggara Asia, maka itu jalur ini harus dihabisi, apapun caranya.

Dan pengalaman bangsa Indonesia yang kerap mudah diadu domba adalah kunci yang selalu mereka pegang saat zaman devide et impera.

Yang juga kita harus faham adalah Thomas Stamford Raffles sendiri seorang Freemason. Menurut Th Stevens dalam bukunya Tarekat Mason Bebas, Raffles pada tahun 1813 dilantik sebagai mason bebas di bantara “Virtutis et Artis Amici”. “Virtus” merupakan suatu bantara sementara di perkebunan Pondok Gede di Bogor.

Perkebunan itu dimiliki Wakil Suhu Agung Nicolaas Engelhard. Di situ Raffles dinaikkan pangkat menjadi ahli (gezel), dan hanya sebulan kemudian dinaikkan menjadi meester (suhu) di loge “De Vriendschap” di Surabaya.

Raffles pula yang mendirikan Singapura modern yang kini menjadi basis Israel di Asia Tenggara. Agen-agen zionis melalui Singapura adalah penghasut sebenarnya dalam mengeruhkan hubungan sesama muslim Melayu.

Kebanyakan koruptor Indonesia pun bermukim di Singapura setelah merampok uang hasil keringat anak-anak Indonesia dan rakyat jelata.

Singapura adalah sekutu zionis. Mereka tidak mau menandatangani perjanjian extradisi dengan Indonesia semata-mata melindungi koruptor ini karena mereka bawa banyak uang ke Singapura.

Untuk mengalihkan isu ini dari masyarakat Indonesia, mereka akan coba cari isu supaya masyarakat Indonesia lebih fokus pada isu yang mereka cipta.

Maka diwujudkanlah isu sekarang, konfrontasi Malaysia-Indonesia. Melalui media sekular di Negara ini, mereka terus berupaya agar rumpun Melayu bangga akan identitas negara-nya masing-masing. Agar kedua negara mayaoritas muslim ini bangga atas nasionalismenya masing-masing.

Adanya inflitrasi Zionis di Malaysia juga bukan barang baru. Beberapa tahun lalu mantan wakil perdana menteri Malaysia yang juga tokoh oposisi, Anwar Ibrahim, pernah membeberkan fakta adanya keberadaan intelijen Zionis di markas kepolisian federal Malaysia

Kala itu bersama dengan Kelompok Muslim, mereka menyatakan memiliki dokumen yang memperlihatkan kemungkinan adanya intelijen Zionis kedalam strategi informasi negara lewat perusahaan kontraktor bernama “Osiassov”, yang melaksanakan proyek pengembangan sistem komunikasi dan teknologi di markas besar polisi federal Malaysia.

Anwar Ibrahim menjelaskan bahwa perusahaan “Osiassov” terdaftar di Singapura namun berkantor pusat di negara penjajah Zionis Tel Aviv.

Menurut Anwar, kehadiran dua mantan perwira tentara Zionis di perusahaan yang bersangkutan, adalah sepengetahuan petugas polisi senior Malaysia dan Menteri Dalam Negeri Malaysia sejak jaman Syed Ahmad Albar.

Yakinlah, jika umat muslim Melayu tidak kembali ke ajaran Islam sejati dimana tak ada ruang pada nasionalisme yang memberhalakan bangsa, benih permusuhan itu akan selalu muncul, walau kedua Negara itu makmur dan sama-sama beragama muslim.

Maka itu, bersatulah bangsa Melayu. Bersatulah di atas Panji Islam yang akan membuka jalan tegaknya dienullah ini di tanah perjuangan kita, tanah Melayu Darussalam, karena sesungguhnya Yahudi suka jika kita berpecah. 


Tulisan ini saya kutib dari https://www.facebook.com/SyariahKhilafah
Berjudul 
BERSATULAH INDONESIA-MALAYSIA 
Karena Yahudi Suka Jika Kita Berpecah
Ditulis Oleh Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi

Menjadi PR bagi bangsa kita, Indonesia untuk tidak mudah terpancing dengan pola adu domba mereka, dan menjadi teguran bagi Malaysia untuk lebih bisa menghargai Indonesia, bangsa serumpunnya. 

my favorite song