Konayuki (Remioromen) bikin Meleleh

Thursday, May 23, 2013 0 comments
Lagu jepang yang satu ini sebenarnya udah denger dari jaman 1 Litre of Tears diputar. Ingat kah dengan drama jepang yang super menyedihkan ini? Saya termasuk orang yang menyukai lagu melow yang menyayat-nyayat hati, dan... lagu Konayuki milik Remioromen ini yang merupakan salah satu soundtrack drama jepang 1 Litre of Tears yang berhasil menyayat-nyayat hatiku. 

Teringat lagi dengan lagu ini gara-gara pacarku sempat merekomendasikan lagu ini dan satu lagi lagu milik Remioromen, Sangatsu Kokonaka yang gak kalah menyayat-nyayat. Setelah itu jadi suka lagi dengarkan kedua lagu ini, dan penasaran dengan artinya. Biasa, mbah google selalu punya kroni-kroninya yang siap memberikan info. Mampirlah di sebuah blog milik orang indonesia yang sepertinya memang jago bahasa jepang ( http://natsucchii.blogspot.com/2012/06/remioromen-konayuki-indonesian.html#ixzz2U5lPyJHc *terimakasih untuk tranlated'nya yang bagusss ^^ ). Dia menterjemahkan lirik lagu Konayuki dengan bahasa indonesia yang menurut saya sangat bagus, dan memang makna lagu tersebut juga dalaaaammm sekali, seperti sebuah puisi.

Konayuki = Butiran Salju ( 粉雪
translated by Natsucchii


Musim ketika butiran salju menari-nari selalu bertatapan
Meskipun bercampur dalam kerumunan orang, kita melihat langit yang sama
Kita seperti membeku ketika dihembuskan oleh angin

Aku mungkin tidak mengetahui semuanya tentangmu
Meski begitu, hatiku telah menemukanmu dari ratusan juta orang
Meski tak ada bukti, aku telah berpikir dengan serius (tentang itu)

Kita tidak mungkin hidup di saat yang sama tanpa satu pun pertengkaran
Jika kita tidak bisa menjadi jujur,
Kebahagiaan maupun kesedihan yang kita rasa hanyalah sia-sia

Jika butiran salju mengubur hati kita sampai memutih,
Akankah kita bisa membagi kesepian kita (berdua)?

Aku mendekatkan telingaku di hatimu
Aku ingin turun sampai aku tiba di hatimu yang terdalam, tempatku mendengar suara itu
Dan akan ku temui dirimu di sana sekali lagi

Meskipun kita ingin memahami satu sama lain,
Aku lah yang telah meraba permukaannya
Hanya dengan menggenggam erat tanganmu yang membeku,
Kita telah terhubung satu sama lain

Butiran salju sesungguhnya begitu rapuh
Meskipun di depan keabadian dia tetap menyelimuti aspal yang kasar itu

Butiran salju yang tak bersandar pada waktu pun menggoncangkan hati kita
Meski begitu, aku ingin tetap melindungi dirimu

Butiran salju mengubur hati kita sampai memutih
Membungkus kesepian kita (berdua) setelah menghilang di langit


Menurut saya, liriknya dalam dan bagus banget, gak seperti kebanyakan lagu-lagu jaman sekarang yang liriknya kurang bermakna.

Untuk yang penasaran seperti apa lagunya, mampir aja ke http://www.youtube.com/watch?v=Cc__4qxyM5c atau http://www.youtube.com/watch?feature=endscreen&NR=1&v=eANa20VAlAQ buat yang hatinya se-melankolis Hello Kitty pasti nangis bombaii.. hehe.

Sedang Suka Memaknai Rangkaian Kata : Puisi

1 comments
Mengamat-amati, meresapi rangkaian kata indah yang disusun untuk menyampaikan sebuah pesan dengan tidak sederhana itu ternyata susah juga. Akhir-akhir ini saya sedang gemar melakukannya. Maklum saja, kalau untuk membuat sendiri rangkaian kata yang penuh makna saya belum bisa, jadilah menikmati hasil karya orang lain. Terkadang, setiap si-pembaca memiliki imajinasi dalam memaknainya. Begitu juga dengan saya. Entah sebenarnya si-penulis ingin menyampaikan apa, tapi saya memilih dengan persepsi saya dan menikmati rangkaian indah kata demi-katanya. Kebanyakan si terangkai menjadi pesan cinta. 

Puisi pendek ini dari dulu sudah memikat hati saya. Karya Sapardji Djoko Damono, dengan judul Aku Ingin

`` Aku Ingin ``

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada


Saya pribadi sepakat dengan beberapa pemaknaan terhadap puisi ini, dimana si-penulis ingin menunjukkan bahwa cinta itu sederhana, seperti kayu yang berkorban untuk api, seperti awan yang berkorban untuk hujan tanpa perlu mengungkapkan seberapa besar pengorbanan mereka, karena cinta bisa dibuat sederhana.

Sebuah puisi lain, saya menemukannya setelah browsing di google. Banyak blogger yang mengunduhnya, tapi saya belum menemukan sebenarnya puisi ini ditulis oleh siapa. Membaca puisi ini memiliki sensasi berbeda dengan puisi sebelumnya, puisi ini seperti mewakili perasaan seorang yang tengah berbunga-bunga jatuh cinta tapi cinta bukan hanya manis dan suka, ada duka didalamnya. 

matamu
keheningan di gegap gempita langit
merampungkan bahagia yang
akan tercipta lewat hujan
:airmata

laksana tirus
matamu merincis sarang
luka di dadaku yang menggenang
rancak jiwamu saat kuselisir
bersama rindu leburkan getir

"adakah yang lebih mantra
dari matamu yang menyulap
lukaluka menjadi gulagula?"

engkaulah bunga mewangi di mimpi
engkaulah nauangan ksatria tersesat
engkaulah peta segala tuju kekinian
engkaulah pelarut batu pada hatiku

namun aku melihatnya
sedih membaur bersama terista
di kelopak kembang matamu saat
selaksa bening intan berpijar
di reruntuhan payau airmatamu

ini dadaku
benamkan jingga di wajahmu
taburkan manikmanik luka
hingga melaung segala terista
:lesap bersama airmata 



Part yang paling saya suka adalah penggalan ini; "adakah yang lebih mantra, dari matamu yang menyulap lukaluka menjadi gulagula?" Tak terbayang bisa membuat sebuah kalimat indah semacam itu.

Satu lagi petikan kalimat yang menurut saya indah dalam sebuah makna kesederhanaan;

Kenapa selama ini orang praktis terlupa akan burung gereja, daun asam, harum tanah: benda-benda nyata, yang meskipun sepele, memberi getar pada hidup dengan tanpa cingcong? Tidakkah itu juga sederet rahmat, sebuah bahan yang sah untuk percakapan, untuk pemikiran, untuk puisi 
-seperti kenyataan tentang cinta dan mati?-
Goenawan Mohamad (Caping 2, h.27)



my favorite song